Tuesday, November 28, 2006

BANTEN LAMA

Banten Lama
Terletak di desa Kroya 10 km dari kota Serang, dapat dikunjungi oleh semua jenis kendaraan, dalam waktu 10 menit (dari kota Serang), dengan route Serang-Banten Lama.
Di daerah Banten Lama terdapat peninggalan sejarah tentang masuknya agama Islam di Indonesia, antara lain mesjid Agung Banten yang didirikan oleh Sultan Maulana Yusuf pada tahun 1566 dengan atap bersusun lima, berbentuk limas, Keraton Kaibon, Keraton Kurosowan, Makam Sultan Maulana Yusuf, Makam Sultan Hasanudin (1552-1570). Di sebelah utara mesjid Agung Banten terdapat benteng pertahanan Belanda yang masih terlihat reruntuhannya terdapat pula sebuah pelabuha tertua di Jawa yaitu Karanghantu yang pada masa silam pernah didatangi oleh kapal-kapal Persia, Arab, Cina, Inggris
Mesjid Agung Dirikan pada tahun 1566 M, masjid ini membawa nilai budaya campuran ; Hindu Jawa, Belanda dan Islam, sesuai dengan latar sejarah kota Banten. Pembangunannya dilakukan pada masa awal Kesultanan Banten, di bawah pemerintahan Maulana Hasanuddin. Selain sebagai salah satu pendiri Kesultanan Banten, Maulana Hasanuddin pun selama 18 tahun pemerintahannya (1552-1570) telah memberikan andil terbesarnya dalam peletakkan pondasi Islam di Nusantara. Banten sendiri memiliki masa kejayaan hingga tiga abad kemudian.

Benda, tentulah ada kalanya menjadi lekang dan lapuk. Pun Masjid Agung Banten. Perbaikan dilakukan pada tahun 1302 H atau 1885 M, setelah 300 tahunan berdiri. Dalam perjalanan umurnya hingga saat ini, bangunan masjid ini mengalami beberapa kali renovasi tanpa merusak bentuk aslinya.

Seperti masjid-masjid kuno di Indonesia lainnya, bangunannya berdenah segi empat. Tampak antik dan unik dengan arsitektur yang merupakan perpaduan antara arsitektur asing dan Jawa. Jika diamati, nilai-nilai ini dapat dilihat dari tiang penyangga bangunan yang berjumlah empat buah di bagian tengah. Kemudian mimbar kuno dengan ukirannya yang indah ; atap masjid yang terbuat dari genteng tanah liat, melingkar dalam format bujur sangkar, serta apa yang disebut kubah berupa atap tumpang bertingkat lima. Di dalam serambi kiri yang terletak di sebelah utara masjid itu, terdapat makam beberapa sultan Banten beserta keluarga dan kerabatnya.

Menara Masjid Banten merupakan bangunan tambahan yang dibangun pada tahun 1620 M oleh seorang Indo-Belanda yang masuk Islam, Lucas Cardeel. Dibangun pada masa pemerintahan Abdul Mafair, bangunan ini kental dengan nuansa Belanda. Tidak lain karena sang arsitek adalah awak kapal berdarah Belanda. Menara Masjid Agung Banten sendiri menggambarkan prototype mercu suar : berbentuk prisma segi delapan, yang makin mengecil ke bagian atasnya dengan tinggi 30 m. Bagian atasnya bertingkat dua dengan masing-masing berbentuk setengah bola yang dibatasi oleh pelipit dan pagar.

Di halaman selatan masjid berdiri bangunan Tiamah, tambahan yang juga didirikan oleh Hendrik Lucas Cardeel. Bangunan ini memiliki gaya Eropa (Belanda). Dari karyanya ini pula, Hendrik digelari Pangeran Wiraguna. Dahulu, gedung Tiamah ini digunakan sebagai majelis taklim serta tempat para ulama dan umara Banten mendiskusikan soal-soal agama. Kini gedung tersebut digunakan sebagai tempat penyimpanan benda-benda purbakala.

Mimbar masjid diberi hiasan ukuiran yang diperkaya dengan warna cat merah dan kuning emas. Bagian puncaknya yang berbentuk lengkung, dihiasi dengan motif kaligrafi Arab. Kemudian beduk yang ada adalah sejenis gendang besar dan panjang terbuat dari pohon kayu pilihan dengan ukuran panjang 2 m atau lebih. Bentuknya silinder atau cembung simetris. Mulutnya ada yang ditutupi selembar membran pada satu sisi atau kedua sisinya dengan lembaran kulit. Sistem peregangan membrannya ada yang memakai kayu-kayu pasak dan ada pula dengan paku-paku berkepala besar. Beduk yang memakai sistem peregangan dengan pasak kayu terdapat di masjid ini dan Masjid Sunan Gunung Jati Cirebon.

Bangunan Masjid Agung Banten dengan gaya tradisional beratap susun yang memperlihatkan adanya pengaruh budaya klasik (Hindu Jawa).
Kembali kepada bangunan Masjid Agungnya sendiri, serambi masjid yang bergaya Jawa penuh dengan pilar-pilar yang banyak miripnya dengan keraton-keraton di Jawa. Pada bagian sisi serambi yang terletak di samping Museum Banten, terdapat sebuah bedug yang diperkirakan usianya sudah sangat tua.

Lampu-lampu yang menghiasi masjid, tampaknya berasal dari zaman penjajahan Belanda. Ada yang berbentuk lampu gas, antik dan di bagian dalam terdapat lampu-lampu yang anggun, dan dua diantaranya berbentuk chandelier. Semua lampu-lampu dalam kondisi terawat baik.

Dalam lingkungan masjid, di sebelah utara, terdapat makam raja-raja Banten yang disebut "Pesaren Sedakingking". Dalam jalur yang berbaris dari sebelah barat ke timur berturut-turut merupakan makam dari Sultan Abdul Fatah, Maulana Muhammad Nasruddin, Pangeran Ratu permaisuri Maulana Hasanuddin, Kanjeng Sinuhun Maulana Hasanuddin Panembahan Surosowan, Sultan Abdul Fadhal, permaisuri Sultan Abdul Fadhal, dan Sultan An Nasr Abdul Kahar. Sedangkan di bagian luar barat daya terdapat makam Sultan Zainul Abidin dan kerabatnya.
Bukti-bukti dapat dilihat dari kehadiran bangunan peribadatan berupa masjid dan sarana pendidikan Islam, seperti pesantren.

No comments: